Collaboration DEMA Akhwat STID mohammad Natsir X DLC (Da'wah Language Club)
Collaboration DEMA Akhwat STID mohammad Natsir X DLC (Da'wah Language Club) "Orasi Pagi setelah Khitobah" diikuti oleh Mahasiswi PESMI Semester 1&3.
Orasi pagi perdana setelah berakhirnya masa libur Akhir Semester Ganjil ini juga turut dihadiri oleh staf-staf BPH (Badan Pengurus Harian) Mohammad Natsir yakni ukhti Jazil selaku Wapres dan ukhti Hielwa selaku Sekretaris I Dema akhwat Mohammad Natsir periode 2022/2023
Adapun Orasi kali ini diisi oleh Presmi Dema Akhwat STID Mohammad Natsir yakni ukhti Hizma Khoirunnisa. Orasi yang disampaikan adalah mengenai pokok-pokok pemikiran Mohammad Natsir yang tertuang dalam buku "Pendiri dan Pemimpin Dewan Da'wah Islamiyah Indonesia".
Ukhti Hizma mengawali kalamnya dengan sebuah pertanyaan, "Siapakah Mohamad Natsir? Siapakah tokoh yang namanya disematkan pada nama kampus kita tercinta ini?". Secara serentak para mahasiswi menjawab "Bapak Ideologis kita, seorang tokoh Dewan Da'wah, pemimpin hebat".
Ya, Pak Natsir merupakan tokoh penting Indonesia. Seorang anak bangsa yang merindukan para pemuda mengenal akan Islam. Dikatakan bahwa ketika Pak Natsir masih sekolah beliau melihat generasi seangkatannya tidak menghayati ajaran Islam. Maka, sambil bersekolah di ASM, Natsir muda memberanikan diri memberi pelajaran agama Islam di Mulo. Dalam rangka itulah Pak Natsir menyusun buku pelajaran shalat berbahasa Belanda yang kemudian diterjemahkan dalam bahasa Indonesia dengan judul "Marilah Shalat".
Pada masa itu, banyak sekali para paradigma yang salah terhadap ajaran Islam bahkan anti terhadapnya, maka bersama gurunya A Hassan beliau menerbitkan majalah Pembela Islam untuk menangkis berbagai salah paham atau ejekan terhadap Islam.
Adapun pokok pikiran Natsir mengenai Islam dan kebangsaan dapat di rumuskan:
1. Islam bukan semata-mata agama dengan arti ibadah kepada Allah.
2. Islam menentang penjajahan manusia atas manusia. Jadi, umat Islam wajib berjuang untuk kemerdekaannya.
3. Islam memberi dasar-dasar yang tentu untuk satu negara yang merdeka (ideologi)
4. Umat Islam wajib mengatur negara yang merdeka itu atas dasar bernegara yang ditetapkan oleh Islam.
5. Tujuan ini tidak akan dicapai oleh umat Islam apabila mereka turut berjuang mencapai kemerdekaan dalam partai kebangsaan semata-mata, apalagi yang sudah bersifat membenci Islam
6. Oleh karena itu umat Islam masuk dan memperkuat perjuangan mencapai kemerdekaan berdasarkan cita-cita Islam dari semula.
Dalam Kalam terakhirnya, Ukhti Hizma berpesan kepada para Mahasiswi kader-kader Mohammad Natsir ini agar terus memperkuat ghirah dan semangatnya dalam belajar. Lanjutkan Da'wah yang telah dirintis oleh para Rasul ini. "Pak Natsir memang sudah tiada, tapi ruh perjuangannya akan tetap ada, dan setiap kita wajib melanjutkannya". Ujar Presmi asal Banten itu.
Comments
Post a Comment