Temu Tokoh
DEMA Akhwat STID Mohammad Natsir bersama Asatidzah STID Mohammad Natsir melakukan kunjungan silaturahmi ke kediaman Dra. Hj. Aisyah Natsir Rahim (Putri Bapak Mohammad Natsir) dalam rangka temu keluarga tokoh pendiri Dewan Da'wah pada Kamis, 09 Mei 2024 di Jl. Waru No. 18 Komplek TNI AL Pangkalan Jati, Cinere, Depok. Beberapa diantaranya adalah Umi Titin Sofiyatiningsih, Ustadzah Anis Marsela, Ustadzah Ririn Nur Aini, Ustadzah Afifah Nenditarini, Khoirina, Liizzatil Jazil Nusaf Aini dan Nurul Wahyu Lestari.
Ibu Aisyah mengawali diskusi siang ini dengan memberikan pertanyaan terkait "Apakah mahasiswi telah terjun menyapa masyarakat?"
Umi Titin menjawab bahwa "Para mahasiswi telah melakukannya sejak semester 3, melalui Praktikum Da'wah, Komunitas Pecinta Majelis Ta'lim dan Kafilah Da'wah.
Kemudian Ibu Aisyah menyampaikan pentingnya seorang da'i menyapa masyarakat dan memahaminya. Beliau memaparkan beberapa kondisi remaja saat ini yang sangat memprihatinkan diantaranya kenakalan remaja, narkoba, sistem kekebalan tubuh dengan mengkonsumsi pil-pil terlarang.
Kasus-kasus tersebut bukanlah hal yang baru di era saat ini, semua itu justru semakin merebak seiring dengan perkembangan teknologi. Disinilah peran seorang pendamping yang mampu memperbaiki kondisi tersebut, baik pendampingan dengan orang tua maupun anaknya langsung. Dalam hal ini, pendampingan terhadap orang tua sangat diperlukan untuk menyadarkan tantangan dan kondisi mendidik seorang anak yang sebenarnya terjadi saat ini.
"Pengalaman didasari dengan pengetahuan yang baik, sehingga bisa mendampingi kasus-kasus tersebut. Carilah waktu dan cara terbaik untuk mendekati para pelaku dan berkomunikasi dengan mereka" ujar Ibu Aisyah.
Beliau juga menyampaikan pesan yang diberikan oleh Pak Natsir kepadanya di waktu muda yakni "Janganlah kamu menjadi guru di depan papan aja ya" ucap Pak Natsir kepada Ibu Aisyah.
Maksudnya adalah jadilah seorang pengajar yang paham akan institusi dari sekolah, tujuan dan visi misi yang ingin dicapai. Jadilah kita, orang yang memiliki kepandaian pribadi. Mampu membaca kondisi masyarakat dan mengetahui cara mendekatinya dapat memberikan pendampingan yang tepat.
Terkait mendidik seorang anak, beliau menyampaikan bahwa kunci pendidikan anak dari kecil adalah komunikasi dengan orang tua. Semakin sering terjalin komunikasi antara anak dan orang tua, semakin baik pula pola pertumbuhannnya. Dari mulai cara mereka menjalin hubungan dengan orang luar, baik tidaknya pola pikir yang terbentuk.
Komunikasi menjadi kunci sehat tidaknya pertumbuhan seorang anak. Jika seorang ibu memiliki intensitas komunikasi yang baik dengan seorang anak, maka anak tersebut akan memiliki perangai yang baik dan merekam hal-hal yang diliatnya sejak kecil dengan baik. Sehingga, dia akan tumbuh dengan baik dan mampu mengimbangi diri di tengah gempuran perkembangan teknologi yang sangat canggih seperti saat ini.
Beliau menambahkan beberapa kondisi yang harus dilihat dan tentunya dapat menjadi acuan sudut pandang dan cara berpikir. Bedakan dengan seorang anak yang jarang berkomunikasi dengan orang tuanya, mereka akan cenderung memiliki perangai yang keras dan mudah terbawa arus karena mereka tidak memiliki sosok yang bisa dicontoh untuk melanjutkan kehidupannya.
Beliau mengungkapkan pesan terakhirnya untuk menuju STID yang lebih baik:
"STID itu jangan jadi seperti menara gading, yang hanya menjulang tinggi dengan sendirinya tanpa ada hubungan dengan yang lain.
Artinya menjadi instansi yang menjauh dari masyarakat dan tidak peduli akan hubungannya dengan masyarakat, menjadi kampus yang buta akan kondisi masyarakatnya." Jelas beliau.
Tidak baik mengekang, cara terbaik dalam mendidik adalah tanamkan pijakan dasar dalam jiwa mahasiswa. Biarkan mereka berpikir, ingatkan jika salah dan tegur dengan baik dari hati ke hati.
Banyak hal yang didapat dari pertemuan ini, nasihat-nasihat membangun yang diberikan oleh Ibu Aisyah Natsir. Banyak kisah hidup diceritakan ketika bersama Pak Natsir.
(Khoirina/Dema Akhwat)
Comments
Post a Comment