Pemikiran dan Praktik Kaderisasi Mohammad Natsir

Novi Indiana - (Meninjau Pemikiran dan Praktik Kaderisasi Da'i Dalam Perspektif Mohammad Natsir)

“Patah Tumbuh Hilang Berganti”, sebuah kutipan menarik untuk memulai pembahasan kita kali ini.

Teman - teman, berbicara mengenai kaderisasi yang dilakukan oleh Mohammad Natsir, sangat menarik, karena sampai saat kaderisasi itu terus berjalan dan orang-orang yang telah dikader oleh Mohammad Natsir sampai hari ini sebagian masih Allah Subhanahu Wa Ta'ala berikan kesempatan untuk anggota samai kita Diantaranya Allahuyahfadz Kiayi Syuhada Bahri dan juga yang lainnya.

Disertasi Mengutip Dr. Ujang Habibi, mengetahui bagaimana sebenarnya proses dan pemikiran serta konsep pengkaderan yang dilakukan Mohammad Natsir.

Menurutnya, Mohammad Natsir merupakan tokoh besar yang Dzul Wujuh. Mohammad Natsir adalah seorang pendidik, politisi, negarawan, jurnalis, diplomat dan lain-lain. Selain itu, ia juga memiliki ide-ide besar dan sekaligus kerja nyata untuk membangun umat dan bangsa. Salah satunya adalah keberlangsungan hidup dan kehidupan umat dalam bingkai ajaran Islam. Untuk terwujudnya hal tersebut Mohammad Natsir memiliki perhatian yang cukup besar, yakni dengan para da'i terjun ke lapangan dengan dimensi yang berbeda-beda. Usaha kaderisasi Da'i ini telah dilakukan melalui pendidikan formal maupun non formal. Mohammad Natsir membina sedemikian rupa para aktivis kampus, masjid, dan santri - santri dari berbagai pondok pesantren agar menjadi kader-kader penerus perjuangannya.

Kegigihan dan prestasi gemilang Mohammad Natsir sebagai salah seorang tokoh Islam nasional dan dunia Islam serta sebagai tokoh bangsa telah menginspirasi kader-kader selanjutnya. Dengan begitu, diharapkan dapat melanjutkan estafet gerakan dakwah di Indonesia.

Lalu bagaimana teori kaderisasi yang dijalankan Mohammad Natsir?

Menurut pemaparan Dr. Ujang Habibi dalam webinar, makna kaderisasi Mohammad Natsir adalah proses mencetak pemimpin atau menggembleng dan mempersiapkan generasi penerus perjuangan yang mampu menjadi pemimpin umat dan bangsa dengan berbagai skala. Secara tidak langsung kaderisasi da'i harus mampu mencetak da'i-da'i pemimpin umat dengan membentuk karakter dan integritas diri calon kader.

Mengutip idealisme konsep Mohammad Nasir, yang pertama, bahwa kader tidak bisa muncul dengan tiba-tiba. Tapi, harus disambut. Proses yang paling tepat dalam pengkaderan adalah dengan turun ke lapangan. Jadikan lapangan sebagai ruang kuliah untuk membina calon kader. Agar kader-kader bisa menemui berbagai masalah yang nyata dan menuntut untuk segera memecahkan. Hingga masalah-persoalan hidup pada akhirnya yang menempatkan seseorang menjadi kader baik skala besar maupun kecil.

Yang kedua, Dr. Ujang Habibi menuturkan idealisme Mohammad Natsir, bahwa setiap zaman ada rijalnya. Pemain bisa berganti-ganti. Namun, kita tidak boleh mengubah mempersiapkan kader sebagai pemain di pentas sejarah perlu segera dilakukan. Namun hal ini, pekerjaan sambilan akan tetapi harus ditangani secara serius dengan menyediakan waktu yang memadai untuk mewujudkannya. Dengan begitu diharapkan mampu melahirkan para kader yang memiliki penguasaan teori serta lihai dalam berkecimpung di tengah-tengah umat. Sehingga menganggap menganggap bahwa yang berkecimpung itu adalah anak kandungnya. Mereka para kader harus memahami jantung masyarakat yang pada interaksi mereka akan berurat di hati masyarakat.

Ada ungkapan yang begitu mendalam, bahwa kita seharusnya jangan salah memilih kader. Karena yang dapat mencetuskan api adalah batu api bukan batu apung. Maka, di tengah-tengah dinamika masyarakat tersebut lakukanlah serah terima antar generasi yang akan pergi dengan generasi pelanjut. Patah hilang berganti. Tidak akan pernah lahir jika ini adalah pemimpin-pemimpin terdahulu tidak menyediakan sebanyak-banyaknya dengan mendidik dan memberikan kesempatan kepada mereka untuk memegang kendali perjuangan.

Hal ini mengacu pada cita-cita Mohammad Natsir dalam mencetak kader pelaksana jenderal-jenderal bukan prajurit. Menurutnya kader adalah sebagai sosok pembangun bagi manusia. Tujuan kaderisasi Da'i yaitu melahirkan kader yang memiliki integritas sebagai Da'i Ilallah dengan ciri-ciri seorang Da'i harus militan dan kuat atau memiliki hujjah dan daya panggil, kuat mental dan tidak ananiah, berilmu, memiliki metode dan adab yang baik, dinamis proaktif dengan masalah-masalah keumatan karena ia dikader untuk menjadi sosok pembangun atau visioner.

"Diantara pelajaran berharga yang saya dapat dari Pak Nasir adalah tentang pola kaderisasi yang beliau jalankan. Beliau tidak ceramah panjang lebar untuk seseorang tetapi, memberikan penugasan jika orang itu mampu menyelesaikan tugas dengan baik maka beliau akan melakukan tugas berikutnya. Jika tidak mampu pada tugas berikutnya. yang satu maka beliau akan memberikan tugas yang lain yang disesuaikan dengan kecenderungan orang tersebut.Dia tahu betul kelemahan saya dalam hal menulis surat karena suatu ketika saya diminta untuk menulis surat yang sebenar-benarnya beliau diktekan tapi saya tidak bisa menyelesaikannya.Tapi kalau soal mengumpulkan data atau informasi saya adalah orang yang pertama memanggil untuk menjalankan tugas tersebut. Begitupun saya ditugaskan ke pedalaman untuk memotivasi para Da'i,memberikan kepada calon Da'i yang selama ini pelatihan dibina juga bersilaturahim dengan masyarakat setempat."

(Tutur Kyai Haji Syuhada Basri - Ketua Umum Dewan Dakwah periode 2007 - 2015 dalam hasil wawancara yang dilakukan oleh Dr. Ujang Habibi mengenai proses kaderisasi Mohammad Natsir, Bekasi, 8 Juni 2015)


Ada 3 Media dalam program kaderisasi yang dicontohkan Mohammad Natsir, diantaranya adalah pertama, pengkaderan melalui masjid dengan menitikfokuskan pada membangun masjid dari perkotaan sampai pedesaan, menyelenggarakan dauroh-dauroh. Kedua, pengkaderan melalui Pesantren dengan dukungan dan pemberian bantuan ke berbagai pesantren. Ketiga, pengkaderan melalui kampus dengan membina aktivis mahasiswa melalui masjid, kampus dan mengirim para pemuda untuk kuliah ke Timur Tengah serta menggagas berdirinya kampus-kampus Islam. Sehingga dengan begitu Mohammad Natsir dapat melahirkan tiga tipe kader Da'i yaitu, Da'i yang berkiprah di lapangan atau akar rumput, Da'i dengan fokus keulamaan dan Da'i.

Dengan demikian, standar kompetensi output yang diharapkan dapat kuat dalam Aqidah dan ibadah, kuat mental dan tidak ananiah, kuat ilmu dan memiliki metode dakwah yang baik, berakhlak mulia, memiliki sifat yang dinamis, memiliki jiwa pembangun, memiliki militansi tinggi, mampu bermasyarakat dan dapat menjadi qudwah, mampu menjadi perekat umat, memiliki sifat zuhudi, memiliki wawasan kebangsaan Islami, memiliki wawasan sejarah, dan juga mampu menjadi seorang guru.
 

Comments

Popular posts from this blog

Sabar dalam Dakwah

Collaboration DEMA Akhwat STID mohammad Natsir X DLC (Da'wah Language Club)

Temu Tokoh